Archives

Aku Ingin Memaki

Kadang merasa telah memukul karang, apa daya ternyata cuma angin lalu.

Aku tidak tahu menggambarkan perasaanku hari ini.
Kalau ada gabungan perasaan marah, kecewa, menyesal mungkin itulah yang yang kurasakan.

Tidak besar memang masalahnya, tapi kalau diingat, sungguh aku tidak rela kejadian hari ini.
memang hanya soal jadwal ujian sidang yang diundur, cuma itu.

Aku memulai hari ini dengan baik-baik saja, lalu berangkatlah ke kampus, niatnya hanya untuk ketemu teman2 yang memang janjian ngumpul di kampus.
Sudah sampai di kampus, berbincang dengan beberapa teman, lalu ngecek2 papan pengumuman, mungkin saja ada info baru.
Dan benar saja, info jadwal sidang itu sudah berubah, tapi belum ada keterangan resmi tanggal pengundurannya.

Bergegaslah ke ruang dosen, kosong.. *dosen-dosennya pada lagi maaf2an di kampus satunya*
Tidak ada cara lain, menunggu.
Siang, itu dosen2 mulai berdatangan.
Mulailah aku bertanya pada dosen pembimbing..

'jadwalnya ganti lagi bu..?' *lagi, berarti sudah pernah ada pergantian*
'iya, soalnya yang minggu depan dosen2 pada gak bisa'
'ganti tanggal berapa bu..?'
'12-13'
'hah... tanggal segitu bu, emang yang minggu depan gak bisa diadain bu..?'
'kamu mau ujian gak pake dosen..?'
'emang dosen2 pada kemana bu..?'
'ke Bali'
'acara apa bu..?'
'liburan aja...'

Woo.. pengen mukul orang rasanya...
Kalau diingat-ingat, pengorbanan untuk semuanya sepertinya tidak sebanding dengan jawaban 'liburan' itu.

Ketika kutahu ada jadwal sidang seminggu setelah lebaran, kurelakan lebaranku kali ini demi itu, demi jadwal yang minggu terakhir puasa ternyata diundur ke dua minggu setelah lebaran.
Aku bersikeras tidak mudik, ibuku sampai memohon menyuruhku pulang ketika awal2 puasa kesehatan ayahku menurun.
Aku dilema selama puasa, setelah aku berbincang dengan kakakku dan dia memutuskan untuk mudik, aku sedikit lega berarti ada yang menjaga ayahku selama puasa.

Kekesalanku terjadi di minggu terakhir puasa, setelah kutahu jadwal itu diundur dan tiket mudik sudah tidak ada.
Tapi aku berdamai dengan keadaan, mungkin memang jalannya begitu.

Tapi untuk hari ini, ketika jadwal itu diundur lagi... damn... aku benar-benar tidak rela...

Ingin aku teriak pada mereka yang akan 'liburan' itu, bagaimana sedihnya lebaran tanpa keluarga, bagaimana rasanya mengambil pilihan yang ternyata bukan pilihan.
Bagaimana aku menangis tertahan ketika ibuku mengatakan 'pulanglah, siapa tahu lebaran ini terakhir kamu mencium tangan ayahmu..'
Anak mana yang tidak merasa durhaka ketika menjawab 'ibu, aku tidak pulang lebaran ini', tahukah kalian yang akan 'liburan', betapa panjangnya doaku pada malam itu.

Ketika kutanya kepada petugas TU
'pak jadwal ujian bisa dpilih gak..?'
'gak bisa mas, tergantung dosennya dan biasanya keluar sehari sebelum ujian..'
'kalo aku minta tanggal 13 boleh gak pak..?'
'ndak bisa mas, itu ketentuan'
'Abangku nikah e pak, mbok dicariin solusinya, kan bapak yang ngatur jadwal dosen dan penetapan dosennya..'
'solusinya ya milih ngadirin pernikahan apa mau ujian...'
'Sigh...'
*apa pak, sini keluar biar kupotong lidahmu itu, omonganmu tidak mencerminkan betapa tua dan pengalamannya kau mengurus yang beginian.*

Beneran, untung emosiku masih bertahan di kadar normal, kalau tidak sudah kumaki-maki itu si bapak.
Tanggal 12-13, itu tanggal biasa memang, tapi dimundurkan sehari lagi, itu tanggal bersejarah buat keluarga kami.
Abangku akan menikah hari itu dan aku disuruh memilih lagi.. *sigh*

Dan untuk sebuah 'liburan', aku benar2 tidak ikhlas.

BRENGKES...PRETKAM...

*ujung2nya blog ini yang jadi tempat sampah*

Telusuri Jejak..
Category:   12 Comments
Enzo

'Kalah balapan itu tidak memalukan, yang memalukan adalah tidak ikut balapan karena takut kalah'

Enzo merasa hidupnya sudah tidak lama lagi
Dengan tubuhnya yang sudah mulai menua dan cedera panggul yang dideritanya, Enzo sudah bersiap menjemput kematiannya.
Pada malam sakratul mautnya, Enzo menghimpun kembali kenangannya, mengingat kembali semua yang telah dia alami bersama Keluarga Denny.

Denny yang membuatnya menemukan dunia baru, kehidupan baru dan keluarga baru.
Melalui denny, Enzo mengerti tentang hidup. Seperti halnya balapan yang tidak hanya soal menang kalah.
Enzo mengenal Denny sama seperti Denny mengerti tentang Enzo.
Denny menemukan Enzo di sebuah peternakan dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Enzolah yang ada di samping Denny ketika dia berkenalan dengan Eve sampai akhirnya menikah dan punya anak yang bernama Zoe.

Enzolah yang selalu jadi tempat curhat Denny tentang mimpi-mimpinya, tentang kehidupannya, tentang obsesinya di arena balap.

Ada kalanya Enzo merasa cemburu terhadap Eve, yang lebih sering diperhatikan denny tapi itu tidak mengurangi kedekatannya dengan denny.
Enzo mengerti, dia tidak perlu dibandingkan dengan Eve karena wanita itu mencintai denny. yang dia lakukan adalah mencoba untuk dicintai wanita itu dan dia berhasil.

Enzolah yang ada disamping wanita itu ketika dia sedang melahirkan Zoe. Sewaktu denny sedang mencoba merintis karirnya dan tidak berada di rumah.

Enzolah tempat curhat wanita itu ketika penyakit kanker mulai menyerangnya dan tetap tersenyum untuk mendukung denny saat balapan.

Enzolah yang diminta wanita itu untuk menemaninya di rumah orangtuanya ketika dia merasa ajalnya sudah dekat dan dia tidak mau Denny melihatnya dalam keadaan sekarat.

Enzolah yang menemani Denny melewati ujian-ujian setelah kematian istrinya.
Termasuk memperebutkan hak asuh zoe dari mertua denny dan membebaskan denny dari tuduhan pemerkosaan.

Enzo yang hanya bisa diam melihat semua ketidakadilan yang terjadi pada denny, yang tidak bisa berbuat apa-apa ketika zoe begitu merindukan ayahnya.

Enzo hanya bisa menyalak, mengibas-ngibaskan ekornya dan menatap tajam keadaan sekitarnya tanpa bisa berkata-kata. Karena dia ras tersier, berkaki empat dan menggonggong.
Enzo adalah seekor anjing..

Enzo mempelajari apa saja untuk menjadi manusia mulia dan sukses, gemar menonton televisi dan berpikiran seperti manusia, karena dia percaya di kehidupan selanjutnya, dirinya akan bereinkarnasi menjadi seorang manusia.

Sebuah novel yang dibingkai dari sudut pandang yang tidak biasa, Tentang cinta, keluarga, kesetiaan dan harapan.
perjuangan pihak ketiga untuk melihat betapa rumitnya kehidupan manusia.
Ceritanya dikemas sangat baik, Penulis membuat seolah-olah pembaca adalah Enzo itu sendiri.
Gareth Stein si penulis sukses membuat novel ini menjadi sebuah cerita yang sangat menyentuh, menginspirasi pembaca untuk tidak menyerah dalam menghadapi masalah hidup.

'Jangan pernah berhenti sebelum bendera kotak-kotak dikibarkan'

Sosok Denny digambarkan begitu tegar, seorang pria yang percaya akan sebuah arti kesetiaan.
Apa yang ada di depanmu, itulah yang harus kau hadapi. Jangan menghindar atau lari.
Denny adalah seorang juara, tidak saja di arena balap tapi juga dalam kehidupannya.

Benang merah novel ini ada pada sosok Enzo.
Kata-kata yang banyak mengandung filosofi dan pengetahuan tentang balap membuat novel ini layak untuk dikoleksi
Novel setebal 408 halaman ini mengalir sangat pas hingga terasa begitu renyah untuk dibaca.
Setelah halaman 70, tidak ada kata lain selain harus menyelesaikan novel ini.

Judul : The Art of Racing in the Rain Enzo
Penulis : Gareth Stein
Penerbit : Serambi
Cetakan April 2009

Telusuri Jejak..
Yogyakarta Hari Ini

Pulang ke kotamu..
Ada setangkup haru dalam rindu...
Masih seperti dulu..
Tiap sudut menyapaku bersahabat..
Penuh Selaksa Makna..
Terhanyut aku akan nostalgia..
Saat kita sering luangkan waktu..
Nikmati bersama suasana Yogya..

Kebangetan jika ada yang tidak tahu lagu itu, kalaupun tidak hapal liriknya, paling tidak, ingat nadanya atau parah-parahnya, tahu lagunya..
Lagu yang sangat populer di era 90-an, yang dinyanyikan oleh KLA Project.
Aku teringat lagu itu, gara-gara Yogyakarta hari ini.

Yogya kota pelajar, kota kebudayaan, kota seniman, sering juga disebut Indonesia kecil karena hampir semua suku ada disini.
Mau cari orang Aceh sampai Papua , ada di Yogya.
Terlalu banyak cerita di Yogya, bukan hanya untukku tapi mungkin untuk semua orang yang pernah bersentuhan dengan Yogyakarta.
Aku mengenang semuanya, gara-gara Yogyakarta hari ini.

Mungkin banyak yang bertanya, ada apa dengan Yogya hari ini..
Sebetulnya Yogya baik-baik saja, aman, tentram, damai, hanya macet.

Yup Yogya macet hari ini, jalanan Yogya seharian ini dipenuhi kotak-kotak besi yang tumpah ruah seperti ikan kaleng.
Macet mungkin hal yang biasa di Jakarta, tapi di Yogya... buatku ini kejadian luar biasa..

Selama aku tinggal di Yogya, Baru sekarang kejadian macet gak karu-karuan ini terjadi.
Aku tidak tahu apakah ini efek lebaran, hingga orang-orang menyempatkan diri berlibur bersama keluarga ke kota ini, apalagi yang tinggal tidak jauh dari Yogya.
Ataukah gara-gara arus mudik dan arus balik hingga Yogya menjadi jalan lintas orang-orang yang sedang pulang kampung.
Atau Yogya memang seperti ini kalau libur lebaran, mungkin cuma aku yang berlebihan menanggapinya, maklumlah ini pertama kalinya aku berlebaran disini.

Biasanya kalau ada kejadian macet di Yogya, pasti ada sesuatu, kalau tidak tabrakan, orang kecelakaan mungkin juga razia polisi.
Tapi serius, tanpa kejadian di atas, Yogya benar-benar macet hari ini.

Terkesan berlebihan..? entahlah.. tapi Yogya benar-benar macet hari ini, sebetulnya sudah beberapa hari ini, sejak libur lebaran.
Beberapa teman yang tinggal di Yogya bahkan sudah dari kemarin menulis di status fb tentang macet Yogya.
Tapi aku baru merasakannya hari ini.
*kalimat ini sudah kuulang berapa kali ya..* :D

Dimulai dari aku keluar dari kos, ke jalan besar yang menghubungkan Yogya-Solo.
Woo... aku langsung disambut antrian kotak-kotak besi yang berderet rapi, untunglah aku pakai kuda besi, jadi bisa nyelip-nyelip.
Tapi tetap ini mengherankan, jalan disini biasanya santai-santai, sekarang malah harus seperti belut, meliuk-liuk mencari jalan.

Ingin kuurungkan niatku dan kembali ke kos, tapi mengingat tujuanku keluar memang membeli sesuatu yang penting, jadi terpaksalah aku mengikut dengan kemacetan itu.
Sudah kutabalkan di kepalaku, sudah kupasrahkan dalam hatiku, terserahlah ini mau makan waktu berapa lama tapi aku harus sampai kesitu, ke pusat kemacetan itu... Malioboro.

Dan terbukti memang lama sampainya, yang biasanya cuma 15-20 menit sekarang 1 jam lebih.
Banyaknya kotak besi, pengalihan jalan dan wisatawan yang entah dari mana-mana menambah acara macet hari ini.

Jangan ditanya seperti apa rupa Malioboro hari ini.
Kacau balau... rame.. seperti pasar.
Aku geleng-geleng kepala ketika memarkir kuda besiku dan melihat manusia-manusia yang ada disana.
Malioboro benar-benar punya magis... :D

Aku bahkan sampai bingung mau jalan kemana, setelah barang kudapat, aku memilih duduk di trotoar dan mengamati orang-orang yang berseliweran.
Menikmati melihat kotak-kotak besi itu berjalan seperti keong, yang anehnya tetap tertib tanpa banyak suara klakson, tidak ada yang terburu-buru, bahkan si bapak polisi mengatur lalu lintas sambil bermain sms, canggih.. :)

Iseng-iseng kuperhatikan kotak-kotak besi itu, tidak tahu kenapa setiap ada yang lewat, aku melihat plat nomornya.
B, AD, H, L, F, W, KB, BM, BG, K, E dan banyak lagi.
Yang pasti ada plat AB karena jelas ini di Yogya.
Kebanyakan memenuhi warung-warung makanan dan pusat-pusat perbelanjaan.
Selebihnya... menyebar ke seluruh penjuru kota ini.

Kamu memang kota yang tak terlupakan, bahkan orang-orang ini rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk makan di warung-warungmu dan menghabiskan uangnya di lapak-lapakmu, antri menikmati macetnya suasana, menghabiskan waktu berjam-jam dari rumahnya yang puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer itu hanya demi sebuah cerita dan senyumanmu


Yogya.. Yogya...

Telusuri Jejak..
Lebaran Ini

Lebaran ini
Aku teringat Ayahku, mendengar suaranya saat menjadi imam di rumah, dan teriakannya membangunkan sahur..
Aku teringat Ibuku, mendengar suaranya mengaji tengah malam, dan masakannya setiap berbuka..
Aku teringat kampungku, desa yang telah menjadi kota dengan hiruk pikuk tetangga dan celotehan teman-teman lama..
Aku teringat suasananya, saling bersilaturahmi, bercerita tentang apa saja melepas rindu bersama keluarga..

Lebaran ini..
Aku tertinggal disini, ditemani sunyi dan senyapnya kota ini..
Gema takbir memang berkumandang, tapi tidak terasa untukku..
Setengah hatiku berada disini, setengahnya lagi berkelana ke kampung halamanku..
Ya robb, aku bersedih untuk bagian itu..

Lebaran ini..
Pertama kali aku tidak mencium tangan kedua orangtuaku..
Hanya mendengar suara mereka melalui telepon, cuma itu..
Aku tidak ingin berfoto baju lebaran, lalu ku upload di jejaring untuk mendapat komen dari teman2ku..
Aku ingin sendiri, memaknai idul fitri..

Jika artinya idul fitri adalah menemukan fitrah..
Aku ingin fitrahku sebagai manusia, dihadapanmu ya robb..
Jika ini adalah caraMu untuk menghancurkan diriku sebelum mensucikan hatiku, aku ikhlas ya Allah..
Jika ini caraMu untuk memojokkanku supaya aku selalu ingat padaMu, aku rela ya Allah..

Akan kutanggalkan semua kotoran di hatiku..
Fitrahku bukan namaku, bukan jabatanku, bukan kekayaanku..
Terserah mereka membuat open house atau apalah namanya, untuk menunjukkan kebesarannya sebagai manusia..
Aku akan menutup pintu rumahku di idul fitri ini, hanya ada Engkau dan aku ya robb..

Aku tidak mau ya Allah kalau idul fitri ini hanya jadi pembalasan dendam untuk ramadhanku..
Aku tidak ingin, setelah idul fitri ini aku masih jadi orang yang lupa padaMu..
Aku tidak akan memaafkan diriku, kalau aku masih menganggap idul fitri ini hanya ritual bermaaf-maafan dan ajang temu kangen..
Aku ingin ramadhan sepanjang hidupku, hingga kelak aku berhari raya di surgaMu..

Telusuri Jejak..
Category:   10 Comments
Tag Judul Buku

Lagi asyik2 blogwalking, mampirlah ke tempat itu *sebetulnya sih sengaja memampirkan diri kesitu*.
Ternyata ada postingan tentang tag buku.
Kebetulan lagi gak ada kerjaan, ya udah aku memberanikan diri *cih.. bahasanya..* :)) untuk ikut mengerjakan PR.

Inilah versiku..

1. Describe yourself : sang pemimpi/andrea hirata (suka mengkhayal)

2. How do you feel : out/Natsuo Kirino (pengen keluar dari sesuatu yang aku sendiri gak tau itu apa..)

3. Describe where you currently live : Negeri bahagia/Dominique Lapierre (yup, bahagia dengan dinamika hidup)

4. If you could go anywhere, where would you go : belok kanan, barcelona/Adhitya Mulya, Ninit Yunita, alaya setya, iman hidajat (bagus aja judulnya, tapi Barcelona kayaknya menggoda juga.. hehehe)

5. Your favorite form of transportation : gone with the wind/Margaret Mitchell (asyik kali, berlalu bersama angin)

6. Your best friend are : bidadari-bidadari surga/tere liye (ada gak ya..? ngayal) :D

7. You and your friends are : The Space Between Us/Thrity Umrigar (haha, yup lagi jaga jarak, pengen sendiri)

8. What's the weather like : snow/orphan phamuk (beku, lebih ke perasaan kayaknya) :)

9. You fear : The Voices of Demon/Lori Schiller & Amanda Bennett (gak bisa bayangin)

10. What is the best advice you have to give : merdeka atau mati/isman suryaman (artiin aja secara luas)

11. Thought for the day : thank you for smoking/christopher buckley (hahaha, no comment)

12. How would I like to die : Di Atas Sajadah Cinta/ Habibburrahman El Shirazy (cuma kepikiran ini..)

13. My soul's present condition : into the wild/ Jon Krakauer (pengen ke gunung, nyari inspirasi)


Udah habis tho...?
Yo weslah, segitu aja...

Sedikit banget ni postingan, dasar gak niat.. :))
Mari sahur... :D

Telusuri Jejak..
Fluktuatif

Fluktuatif adalah kondisi naik turun.
Kata itu banyak dipakai di ekonomi, khususnya hal2 berbau saham dan nilai tukar.
Aku ingin memakai kata ini untuk bercerita. :)
Sebetulnya fluktuatif itu bahasa kerennya, kalau bahasa ndesonya, fluktuatif berbanding lurus dengan labil.. hehehe
Apa yang terjadi sebulan ini mungkin buatku adalah masa2 fluktuatif.
Baik itu mengenai keimanan, keuangan, kesehatan ataupun hal-hal lain.

Dimulai ketika aku mengejar kereta terakhirku, dan alhamdulillah sudah kelihatan tujuannya, walaupun masih ada satu stasiun lagi yang harus dilewati.
Kutinggalkan gubuk ini, dengan harapan aku fokus ke hal pertama tadi yaitu mengejar keretaku.
Tapi apa mau dikata, fluktuatif itu terjadi lagi.
Memang gubuk ini tak pernah kusinggahi, tapi malah rumah yang lain yang tiap hari aku buka.
Lalu sempat2nya ngekos di komplek itu dan masih betah sampai sekarang disitu. *dasar remaja labil*. :D

Lain lagi cerita tentang ramadhan tahun ini, aku hanya bisa bilang 'aku tidak merasakan apa-apa'.
Datar saja, bahkan cenderung menurun.
Tingkat keimanan yang kubangun terasa tidak berarti apa2.
Yang artinya, aku hanya puasa *tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hal yang membatalkan puasa*.
Tapi jujur, kalo dikondisikan dengan fluktuatif, ramadhan ini aku berada di titik terendah.
Sholatku bolehlah bertambah rajin tapi yang lain, oh.. aku benar2 menurun.

Makin sering berprasangka buruk, lebih mudah tersinggung, lebih banyak ngomongin orang, lebih malas, jarang mandi, malas baca, malas nulis, makin jarang bersilaturahim dengan teman dan saudara serta malas minta maaf kalau salah.
*semuanya ada contoh kasusnya, tapi saya lagi malas nulis..* :P

Harusnya ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan keimananku, tapi aku merasa ini seperti bulan yang lain.
Banyaknya orang yang berubah jadi alim, munculnya ustad2 karbitan sampai membanjirnya album2 religi membuatku gerah melihat ramadhan ini.

Bahkan aku sempat menulis status di buku muka tentang ramadhan :
'hey.. ramadhan ini bukan tren.. bukan pasar jual-beli.. sebelum ramadhan kemana aja...!!! nanti setelah ramadhan mau jadi apa lagi..???'

Bukan ingin menghakimi, atau sok2an, tapi jujur itulah yang kurasakan.

Kembali lagi ke soal fluktuatif a.k.a labil
Aku hanya berharap semoga ramadhan tersisa dan setelah ramadhan, aku bangkit dari titik nadir ini dan perlahan memperbaiki semuanya.

Pertama yang ingin kulakukan adalah kembali mengurus gubuk ini. :)


*maaf, postingan ini murni curhat saya sebagai remaja labil...* :D

Telusuri Jejak..
Category:   19 Comments
Never Say Never

Tujuan sudah kelihatan, walaupun bukan stasiun terakhir, tapi itu stasiun yang ingin kudatangi sejak lama..
Keretaku sebentar lagi mau nyampe, cuma mampir sebentar di stasiun kecil, sekedar istirahat dan jalan2.
Senang mampir ke rumah lagi, walaupun hanya untuk mengistirahatkan badan, sebelum berlari lagi mengejar kereta.
Hanya ingin menyapa..






Apa kabar...?


*aku menulis tepat di saat gempa di jogja..*
*Out*

Telusuri Jejak..
Category: , , ,   7 Comments
Related Posts with Thumbnails