Archives

Aerosmith Minus Steven Tyler...?

I was cryin' when I met you
Now I'm tryin' to forget you
Love is sweet misery
I was cryin' just to get you
Now I'm dyin' cause I let you
Do what you do - down on me
-cryin'-

Steven Tyler keluar dari aerosmith..

Begitu bunyi status twitter seseorang yang tak sengaja aku temukan ketika lagi asyik menjelajah dunia maya.
Hah.. reaksi kaget, tidak percaya campur penasaran akhirnya membuatku mencari berita-berita tentang itu.
Walaupun belum ada berita resmi dari situsnya Aerosmith sendiri, tapi banyaknya artikel yang membenarkan berita itu membuatku percaya, sekaligus sedih karena buatku Aerosmith berarti banyak untuk perkembangan wawasan musikku.

Pertama kali aku mendengar Aerosmith ketika tahun 1994, abangku yang waktu itu mudik lebaran membawa kaset Big One's dan memutarnya di rumah.
Aku yang masih bocah umur 9 tahun dan hanya dirasuki boys band oleh kakakku yang tinggal di rumah, terheran plus terkagum-kagum. Suara yang nyanyi benar2 keren, dan kaset itu akhirnya tinggal di rumahku.
Lagu Cryin adalah lagu pertama Aerosmith yang kudengar, dan sampai sekarang lagu itu selalu ada di playlist winampku, bahkan menjadi nada dering hpku.
Memang kuakui, setelah mendengar Aerosmith, pengetahuan musikku mundur ke belakang. Mulailah aku menggemari Slow Rock, sewaktu SMP-SMA teman2ku lagi heboh dengan musik Korn dan Limp Bizkit, aku malah asyik mendengarkan Mr.Big dan GnR.

Dulu sewaktu awal kuliah, aku bahkan rela membeli sebuah kaset baru hanya untuk ditukar dengan kaset lama Aerosmith yang berisi lagu Toys in the Attic. Setelah aku tahu kalau di sudut Malioboro ada lapak2 jualan kaset lama, bisa dengan sistem barter.
Aerosmith adalah band yang bertahan lama di dunia musik, dengan cerita yang banyak.
Tidak saja musiknya, perjalanan band inipun sangat berwarna. Dan Steven Tyler punya peran yang sangat besar dalam Aerosmith.

Kemunculan mereka di awal 70-an memberi warna baru di dunia musik. Sempat dilabeli sebagai 'The New Rolling Stones', Aerosmith membuktikan bahwa mereka punya taste yang berbeda.
Lagu-lagu mereka disukai, merajai top chart radio2 waktu itu. Mereka terkenal, dan punya penggemar setia.
Kesuksesan yang datang dengan cepat membuat mereka kewalahan, buruknya hubungan internal dan konflik dengan manajeman serta belum dewasanya mereka akhirnya membuat mereka berteman dengan narkoba.
Terpuruk dan hampir bubar, Aerosmith ditinggal oleh dua gitarisnya, Brad Withford dibuang Steven dan Joe Perry memilih solo karir.

Aerosmith jalan terus dengan Steven Tyler sebagai leader, sempat mengeluarkan beberapa album dan tidak sukses. Steven akhirnya berdamai dengan Perry, memanggil kembali Brad, meninggalkan narkoba, dan menggandeng label baru. Dibantu Run DMC, Aerosmith melakukan comeback yang hebat hingga membuat mata pecinta musik kembali melihat mereka.

Lagu2 mereka menjadi hits, "Dude (Looks Like a Lady)", "Rag Doll", dan "Angel" di album Permanent Vacations, diikuti "Janie's Got a Gun", "What It Takes", dan "Love in an Elevator" di album Pump.
Diselingi album Pandora's Box, album Get a Grip memberikan "Cryin", "Crazy" dan "Amazing" hingga album Big One's keluar yang berisi kompilasi lagu-lagu mereka.

Album Nine Lives di tahun 1997 yang berisi "Pink", "Falling in love (is Hard on the Knees)" dan "Hole in My Soul", diikuti lagu sountrack Armageddon "I Don't Want To Miss A Thing".
Lalu "Jaded", "Girl Of Summer" , "Honkin' On Bobo" sampai terakhir "Devil's Got a New Disguise - The Very Best of Aerosmith".

Sukses kembali menghampiri mereka, album mereka laris manis seperti kacang goreng.
Menjadi ikon, nama mereka mendunia, Aerosmith adalah legenda.
Konser mereka dinanti, jangan ditanya aksi panggung mereka, selalu mengesankan.
Mereka bukan hanya band studio yang hebat dalam menciptakan lagu, mereka juga band panggung yang sangat keren dalam hal aksi.

Steven Tyler adalah magnet panggung Aerosmith, dan buatku belum ada penyanyi yang mampu mengalahkan aksi panggung Steven Tyler.
Dengan selendang rumbai2 diikat di mic-nya, Ayah dari aktris Liv Tyler ini membuat gaya yang khas di panggung, apalagi kalau sudah duet satu mic dengan Joe Perry, 'toxic twins'..!!!

Sayang sekali kalau sampai berita itu benar2 kejadian, melihat Aerosmith tanpa Steven di posisi vokalis akan sangat2 aneh buatku. Itu bukan Aerosmith.
Hampir 40 tahun, dan akhir yang seperti ini, terlalu sayang untuk sebuah band yang sudah melegenda.

Memang dalam dunia musik, gonta-ganti personil adalah hal yang bisa dimaklumi, tapi untuk Aerosmith. Duh.. terlalu mahal harganya.
Semoga saja Steven hanya cuti seperti berita ini.
Aku penggemar Aerosmith, sangat walaupun tidak sampai fanatik.
Tanpa mengecilkan peran personil yang lain, Toxic twins itulah yang membuatku bertahan menikmati Aerosmith.
Tanpa Steven Tyler, aku tidak tahu apakah aku masih bisa mendengarkan musik Aerosmith.

***
I kept the right ones out
And let the wrong ones in
Had an angel of mercy to see me through all my sins
There were times in my life
When I was goin' insane
Tryin' to walk through
The pain
When I lost my grip
And I hit the floor
Yeah,I thought I could leave but couldn't get out the door
I was so sick and tired
Of livin' a lie
I was wishin that I
Would die

It's Amazing
With the blink of an eye you finally see the light
It's Amazing
When the moment arrives that you know you'll be alright
It's Amazing
And I'm sayin' a prayer for the desperate hearts tonight

That one last shot's a Permanent Vacation
And how high can you fly with broken wings?
Life's a journey not a destination
And I just can't tell just what tomorrow brings

You have to learn to crawl
Before you learn to walk
But I just couldn't listen to all that righteous talk, oh yeah
I was out on the street,
Just tryin' to survive
Scratchin' to stay
Alive
-amazing-

Telusuri Jejak..
Category: , ,   20 Comments
Catatan Tentang Daratan Yang Ternama

Dulu sewaktu aku masih kecil, sekitar umur 9-10 tahun, ibuku mengajakku dan saudara-saudaraku mengunjungi sebuah daratan yang terpisah dari pulau tempatku lahir.
Cerita tentang daratan itu benar-benar membuat kami terutama aku terkesima.
Tempat yang jauh, begitu kata ibu, makanya butuh banyak biaya untuk sampai kesana.

Ikut menumpang dengan mobil teman ayah yang waktu itu juga ingin pergi ke daratan itu, memang butuh waktu lama, 2 hari 3 malam.
Pertama kami sampai ke daratan itu, kami mencium tanahnya. Yup, seperti di film-film, kami menciumnya.

Mungkin banyak yang menganggap itu perbuatan yang konyol, tapi perjuangan untuk sampai kesana benar-benar tidak murah.
Kampungan, begitu mungkin mata beberapa orang yang melihat kejadian itu. Terserah, kami memang dari kampung.

Disini tempat orang merantau, tempat orang-orang yang sering di tv, ini ibukota negara kita. Panjang lebar ibu bercerita tentang daratan yang waktu itu sudah mulai menjulang dengan gedung-gedung tingginya.
Daratan yang bernama Jakarta dalam kenanganku waktu itu sangat berkesan. Banyak mobil-mobil, jalanan selalu ramai dan banyak tempat bermain. Ah, dasar bocah.. :)

Sehabis SMA dan tersesat di kota gudeg, aku beberapa kali mengunjungi Jakarta. Baik itu ketika liburan atau sedang ada acara keluarga.
Tapi rasanya lain, aku tidak pernah melebihi tiga hari disana. Alasannya selalu, tidak betah.

Jakarta masih menyuguhkan gedung-gedung megah, macet, padat penduduknya dan tempat bermain yang selalu bertambah canggih, bahkan ditambah dengan tempat hiburan yang bisa kunikmati di usiaku saat ini. Sayang, mungkin pola pikirku yang sudah berubah hingga akhirnya Jakarta selalu masuk daftar coret tempat yang akan kukunjungi.

Hingga waktu membuatku datang lagi ke Jakarta, mencoba 'menjajah' ibukota negara tercinta ini.
Sebagai seorang pengangguran yang sedang mencari celah untuk ikut dalam arus ibukota.
Seminggu lebih, bermain-main dengan ibukota yang kata orang begitu kejam. Mempelajari ritme dan dunia orang-orang Jakarta yang kata Seno Gumira Ajidarma hanya ada tiga: rumah, kantor dan mobil.

Sejauh ini aku mencoba menikmatinya, mungkin benar pepatah orang-orang tua, alah bisa karena biasa.
Dulu aku selalu bertanya, kenapa orang betah di Jakarta. Datang dari berbagai penjuru tanah air, mencoba mengadu nasib di ibukota ini.
Padahal tidak ada yang bisa dijanjikan Jakarta, selain kompetisi.

Sekarang aku disini, di salah satu sudut Jakarta, menulis postingan dalam keadaan yang baik-baik saja. Hanya terhalang masalah koneksi dan kesempatan untuk fokus menulis.
Kalau ditanya sekarang apa yang dijanjikan Jakarta untuk orang-orang, jawabanku tetap sama, kompetisi.




*baru buka blog ini, makasih buat teman-teman yang sempat2nya mengkhawatirkan keadaanku. Maaf gak bisa blogwalking, miskin koneksi internet.. :)
*Buat bung Becce-Lawo, ewotnya nanti akan saya pajang bro.. tunggu aja, semoga belum basi.hahaha

Telusuri Jejak..
Video Tahunan

Tadi malam, ketika sedang asyik menjelajah dunia maya, seorang teman kos memanggilku ke kamarnya.
Memperlihatkan sebuah video di komputernya, video yang sebetulnya aku sendiri sudah lupa.
Video tahunan anak2 SMA negeri di Magelang.
Kalau aku tidak lupa, video itu diambil bulan Mei-Juni. Entahlah, memoriku tidak menyimpannya dengan baik.

Ketika tombol play dimainkan, treng...
Muncullah wajah anak2 SMA yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, suasana sekolah yang nyaman dan hiruk pikuk kehidupan sekolah pada umumnya.
Ada satu hal yang membuat temanku itu senyum2 menjijikkan dari awal video itu diputar, kadang tertawa menyebalkan sambil mengejek.
Bukan videonya yang jelek, tapi karena aku ada disana.
Yup, aku ada di video itu, video tahunan anak2 SMA itu.
***

Sabtu, di sebuah warung kopi. Bulan Mei atau Juni.
"Besok ikut ke Magelang ya.." temanku bercerita kalau dia dan dua orang temannya dapat job untuk membuat video tahunan sebuah SMA. Sebuah pekerjaan sampingan anak Komunikasi yang ternyata bisa menghasilkan rupiah.
"Lha yang dapat projek kan kalian, aku ngapain ikut, malas.." jawabku sekenanya.
"Ikut ajalah, kita cuma bertiga nih. Udah carter mobil juga. Ayolah, hitung2 ngeramein, ntar jalan2 juga kok."
"Halah, jalan2 apaan. Bilang aja buat bantu angkat2 barang. Kabel, lampu, kamera, ya kan..."
"Hahaha, ya gak segitunya, kalau itu kan bareng2. Udah ikut aja ya.."

Setelah beberapa lama saling ejek, akhirnya aku memutuskan ikut kesana.
Tidak ada salahnya juga, apalagi aku mengenal mereka bertiga. Yo wes lah, hari minggu juga tidak ada rencana kemana-mana.

Besoknya kami berempat berangkat ke Magelang.
Hanya budaya karet yang membuat kami jadi terlambat, itupun gara2 telat bangun. Selebihnya perjalanan kesana mulus kami lalui.
Anak2 SMA itu sudah menunggu hampir dua jam, tapi mereka maklum atas keterlambatan kami. Udah biasa, itu mungkin pikiran mereka.

"Mas, guru2 gak ada yang bisa" Seorang anak, mungkin ketua dari projek ini memberitahukan pada temanku bahwa guru2 sekolahnya tidak ada yang bisa hadir. Padahal ada bagian kelas di video itu yang mengharuskan adanya seorang guru. Tidak lucu nantinya, kelas tanpa guru. Mungkin juga karena ini hari minggu, guru2 itu lebih merasa wajib untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya.

"Waduh, gimana ya.."Sambil menyiapkan peralatan untuk pengambilan gambar video dan mengatur pencahayaan ruangan, temanku berpikir sejenak.
"Kamu aja yang jadi guru.." Dengan santainya dia berkata sambil mengarahkan wajahnya padaku.
"Ngawur.. emoh aku" Apa coba itu maksudnya menjadikanku Oemar Bakrie. Tidak ada potongan seorang guru di wajahku, jelas aku menolak.
"Iya, kamu aja. Kasihan anak2 ini, lagian ini adegan2 terakhir. Masak kita harus balik lagi kesini, Yogya-Magelang lumayan ngabisin lho.." Dua temanku yang lain mencoba meng-gol-kan ide Oemar Bakrie versi Don Juan itu.
"Kampret semua nih, jangan2 tujuan kalian bawa aku kesini memang buat antisipasi ini kan.. ah, pantes semangat banget ngajak aku. Curut...!!!"
"Iya mas, mas aja yang jadi guru. Dipantes2in aja.." Seorang anak malah ikut ngerusuhi, ditambah anak2 lain yang ikut mengiyakan.
"Udahlah bro, demi lho ini.. demi.."
"Demi opo, demit kabeh.."
***

Jadilah Aku Oemar Bakrie dadakan, dan yang parahnya, dialognya banyak sekali.
Dari menegur sampai memberi nasehat, pakai kostum batik dan celana kain, kacamata, sampai sisiran guru tahun 45. Apalagi rambutku sedikit gondrong waktu itu, gak ada potongan guru sama sekali. Ini sih cari mati namanya.

Tapi anak2 itu benar2 membantuku. Tidak mudah memang, aku yang jelas2 tidak ada bakat di depan kamera, tanpa latihan sama sekali, harus memerankan seorang guru kelas.
Improvisasi aja, begitu kata temanku si penggagas ide gila ini. *Improvisasi gundulmu, gak liat apa keringat udah segede jagung gini. Belum lagi lidah yang hampir patah gara2 salah dialog terus*

Seharian kami disana, bersama hampir seratus anak2 SMA yang dengan semangat menyukseskan video tahunan mereka.
Sangat menyenangkan bekerja dengan mereka, banyak ketawanya, dan mereka sangat serius dalam prosesnya.
Aku pribadi salut atas keinginan mereka untuk membuat sesuatu yang bisa diingat kelak oleh mereka.
Keinginan untuk tetap menjaga silaturahmi dan juga sebagai kenangan. Karena setelah kelulusan, aku yakin banyak yang tidak akan tahu kabar masing2.
Video itu menjadi sebuah saksi, bahwa dulu mereka pernah bersama.
***

Dan jangan ditanya aktingku di video itu... melihatnya saja tadi malam sudah seperti mimpi buruk buatku. *Terimakasih buat kalian bertiga, yang dengan busuknya merencanakan semua ini. Semoga tuhan membalasnya.. :P*

Telusuri Jejak..
Category:   31 Comments
Related Posts with Thumbnails