Dulu sewaktu aku masih kecil, sekitar umur 9-10 tahun, ibuku mengajakku dan saudara-saudaraku mengunjungi sebuah daratan yang terpisah dari pulau tempatku lahir.
Cerita tentang daratan itu benar-benar membuat kami terutama aku terkesima.
Tempat yang jauh, begitu kata ibu, makanya butuh banyak biaya untuk sampai kesana.
Ikut menumpang dengan mobil teman ayah yang waktu itu juga ingin pergi ke daratan itu, memang butuh waktu lama, 2 hari 3 malam.
Pertama kami sampai ke daratan itu, kami mencium tanahnya. Yup, seperti di film-film, kami menciumnya.
Mungkin banyak yang menganggap itu perbuatan yang konyol, tapi perjuangan untuk sampai kesana benar-benar tidak murah.
Kampungan, begitu mungkin mata beberapa orang yang melihat kejadian itu. Terserah, kami memang dari kampung.
Disini tempat orang merantau, tempat orang-orang yang sering di tv, ini ibukota negara kita. Panjang lebar ibu bercerita tentang daratan yang waktu itu sudah mulai menjulang dengan gedung-gedung tingginya.
Daratan yang bernama Jakarta dalam kenanganku waktu itu sangat berkesan. Banyak mobil-mobil, jalanan selalu ramai dan banyak tempat bermain. Ah, dasar bocah.. :)
Sehabis SMA dan tersesat di kota gudeg, aku beberapa kali mengunjungi Jakarta. Baik itu ketika liburan atau sedang ada acara keluarga.
Tapi rasanya lain, aku tidak pernah melebihi tiga hari disana. Alasannya selalu, tidak betah.
Jakarta masih menyuguhkan gedung-gedung megah, macet, padat penduduknya dan tempat bermain yang selalu bertambah canggih, bahkan ditambah dengan tempat hiburan yang bisa kunikmati di usiaku saat ini. Sayang, mungkin pola pikirku yang sudah berubah hingga akhirnya Jakarta selalu masuk daftar coret tempat yang akan kukunjungi.
Hingga waktu membuatku datang lagi ke Jakarta, mencoba 'menjajah' ibukota negara tercinta ini.
Sebagai seorang pengangguran yang sedang mencari celah untuk ikut dalam arus ibukota.
Seminggu lebih, bermain-main dengan ibukota yang kata orang begitu kejam. Mempelajari ritme dan dunia orang-orang Jakarta yang kata Seno Gumira Ajidarma hanya ada tiga: rumah, kantor dan mobil.
Sejauh ini aku mencoba menikmatinya, mungkin benar pepatah orang-orang tua, alah bisa karena biasa.
Dulu aku selalu bertanya, kenapa orang betah di Jakarta. Datang dari berbagai penjuru tanah air, mencoba mengadu nasib di ibukota ini.
Padahal tidak ada yang bisa dijanjikan Jakarta, selain kompetisi.
Sekarang aku disini, di salah satu sudut Jakarta, menulis postingan dalam keadaan yang baik-baik saja. Hanya terhalang masalah koneksi dan kesempatan untuk fokus menulis.
Kalau ditanya sekarang apa yang dijanjikan Jakarta untuk orang-orang, jawabanku tetap sama, kompetisi.
*baru buka blog ini, makasih buat teman-teman yang sempat2nya mengkhawatirkan keadaanku. Maaf gak bisa blogwalking, miskin koneksi internet.. :)
*Buat bung Becce-Lawo, ewotnya nanti akan saya pajang bro.. tunggu aja, semoga belum basi.hahaha
wuih udah kerja di Jakarta atau menetap di Jakarta?
iya gw aja yg lahir, besar dan tinggal disini udah bosen hahahahahaha
jakarta oh jakarta
engkau adalah dunia dengan dua wajah
surga bagi yang bisa bertahan dalam kompetisi
dan,
nerka bagi mereka yang jatuh dalam pertarungan..
jakarta,ibu kota kita...
begitu gemerlap hingga begitu byk org mencari mimpi disini.
smg kau temukan bahagia dan kesuksesan di jakarta sob ^_^
gw butuh 10 bulan buat bikin gw mulai merasa betah di Jakarta. sebelumnya tiap 2minggu sekali atau tiap bulan bolak-balik ke jogja demi refreshing.
kalau untuk jogja, gw udah jatuh cinta banget lah sama kota ini. tapi sekarang rekor, hampir 2 bulan lamanya gw gak maen ke jogja. hehehe.
btw, welcome to Jakarta.. and enjoy all the crowded, craziness, and another art of life, here.. :)
jakarta itu,panas!
>> Azhar : saya cuma main di jakarta.. :D
>> becce_lawo : bener banget tu sob. kuat-kuatan mental deh kalo di jakarta.. :D
>> SeNjA : saya cuma menjajah disana. kalo suksesnya dimana sih saya gak milih-milih. btw makasih buat doanya..
>> QueeniieAngeLa : saya mah masih cinta jogja..
welcome to jakarta..? hahaha besok saya sudah balik ke jogja. Gak bisa ditingggalin tu jogja.. :P
>> mocca_chi : dan macet dan ruwet dan macam-macam lainnya.. hehehe
di jakarta sebelah mana ? saya juga baik-baik di sini. meski dulu benci jakarta
yup, jakarta memang kota yg keras dan penuh persaingan.
Duh..kalo ngomongin Jakarta, jadi pengen kesana...
Maklum, belum pernah ke Jakarta, wkwkwkwk...
Paling mentok mah ke Jogja, Surabaya dan Solo :D
oh, bertualang ke jakarta neh critanya sob, ato merantau di sana?
tapi syukurlah kalo bae2 ajah..
sukses yak.. :)
sambil menunggu sahuran siap saji....
selamat mengarungi fauna baru yaaa, semoga sukses selalu ; hihihi
Selamat dolan deh...:)
hooo sudah dijakarta, bisa kopdar berarti yah..
iyah setuju bgt jakarta cmn menjanjikan kompetisi..
dan saya pun terjebak di arus kompetisinya..what the errrr :)
Oh...ternyata beneran ya...dikira cerita diatas itu dongeng...maap jangan tersinggung....
iya kalau mau mengadu nasib di jakarta harus terus semangat dan penuh dengan perjuangan