Selamat Datang di Pasar NKRI

orang tahu kalau mencuri itu adalah dosa, tapi mengingatkan dosa untuk seorang pencuri adalah hal yang sangat sulit.

Pasar...
Dalam bahasa sehari-hari artinya adalah tempat ramai, tempat melakukan transaksi jual-beli, baik itu sembako, buah2an, daging, saham dll. Tapi belakangan ini yang marak dibicarakan adalah pasar bebas, bebas sebebas-bebasnya, mau jual-beli apa saja boleh. Jual kambing ya boleh, beli sepatu ya boleh, jual-beli emas ya boleh, jual-beli nama ya boleh, jual beli kehormatan juga boleh, semuanya boleh.
mau cara jual-belinya gmn2 juga sah, cara ustad ya sah, cara preman ya sah, cara penjilat ya sah, cara bunuh2an ya sah, sah dan sah.
mau hukum jual-belinya ikut yang mana juga silakan, ikut hukum barat silakan, timur ya silakan, selatan, utara silakan, hukum rimba juga silakan, bahkan hukum antah- berantah tetap dipersilakan.

Inilah keadaan pasar di negeri kita..
dari yang kecil sampai yang besar ikut meramaikan pasar..
Apalagi sekarang lagi marak2nya kampanye pilpres, semua teriak di pasar..
Sambil transakasi apa saja, yang penting ikut..

Pasar pilpres memang lagi heboh..
Ada sebuah pernyataan di televisi yang membuat penonton sedikit mencibir, khususnya aku. Begini katanya...

'kita sedang berada di saat-saat yang paling menentukan bangsa ini, seperti sebuah pertandingan sepakbola, ibaratnya kita sedang menyaksikan pertandingan final.'

Cie... final katanya, aku mencibir..
Kalo ibarat sepakbola, harusnya ada penyisihannya donk, perdelapanfinal, perempatfinal, semifinal, baru final..
Lha ini, tau-tau udah final aja dan lucunya kontestannya lebih dari dua... ada-ada saja orang-orang di negeri kita kalau soal membuat orang tersenyum.
ok, cukup, kita tidak sedang membahas pilpres, kita sedang ngomongin pasar.. hehehe

Pelaku pasar juga sangat-sangat pintar..
Untuk melariskan dagangannya, isu2 pun dimunculkan, ada yang ngomong neo-liberalismelah, ekonomi kerakyatanlah, kemandirianlah, yang penting gimana dagangan laku.
Yang beli akhirnya bingung, tidak mengerti apa-apa, seperti kerbau yang dicocok hidungnya, ikut saja apa kata pelaku pasar.
Untunglah pembeli di negeri ini adalah orang-orang konsumtif, jadi apa saja yang kemasannya bagus, beli. Mau isinya racun kalau orang yang jual cantik, beli.Asal produknya bisa buat pembeli jadi terkenal,walaupun jual anak istri, tetap beli.

Yang mengelola pasar adalah sebuah PT yang bernama NKRI, dengan hukum dan aturan2 yang sangat rancu dan kabur, yang penting bebas.
Ketika Belanda mengenalkan pasar yang bernama liberalisme melalui tanam paksa di negeri ini, banyak pelaku pasar yang protes, karena Belanda mindahin pasarnya ke luar negeri, tapi pabriknya di negeri ini.
Lalu muncullah Van Deventer dengan pasar etis. Pelaku pasar bersuka cita, apalagi pembeli karena pasar ini sangat merakyat, selalu memberi diskon, bahkan obral sampai 80%.
Akhir-akhir ini muncul lagi pasar yang namanya liberalisme itu, dengan tambahan neo di depannya menjadi neo-liberalisme.
Pelaku pasar meradang, saling tuding kalau si anu adalah penganut paham pasar itu, si anu itu neoliberalisme. fitnah bertebaran di seantero pasar, tidak ada yang terima kalau disebut sebagai penganut pasar tersebut.
Tapi lucu sekali pelaku pasar kita, semua membenci yang namanya pasar neo-liberalisme itu, tapi jelas-jelas semua menganut paham pasar tersebut.

Hingga sekarang pergunjingan itu masih berlangsung, siapa yang benar kita tidak tahu.Dan sadar atau tidak, kita juga termasuk pelaku pasar, pembeli ya kita juga..
Hanya satu yang pasti, semua pasar ini tidak pernah menunjukkan kwitansi pembayaran, tidak pernah ada transparansi dana, pasar seolah-olah tutup mata kalau di pinggir2 pasar itu banyak pengemis yang butuh sedikit kebaikan dari pasar.Di emperan2 banyak anak2 terlantar yang tidak mengerti kalau bapak dan ibunya masuk ke pasar untuk menjual kehormatan keluarganya. Di sudut2 pasar, banyak orang2 yang tidak mampu akhirnya dengan pasrah menjual hasil kerja kerasnya demi sebuah harapan yang bernama pasar, karena hidupnya tergantung pasar..
tidak pernah mensejahterakan kehidupan negeri ini, tidak pakai akhlak, sudah mematerikan manusia dan memperjual-belikan tuhan.

Selama kita tidak mengerti bagaimana caranya berdagang, maka kita tetaplah bangsa yang konsumtif.
Kalau hukum berdagang kita tetap seperti ini, maka mau diganti jadi pasar abrakadabra juga, kondisinya tetap seperti ini.
Tapi anehnya kita menikmatinya...
Pasar NKRI yang tidak pernah sepi..


Category: ,  
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
12 Responses
  1. NKRI it maksudnya Negara kesatuan republik indonesia ya?

    hoho.. sebuah negara seperti pasar,jual beli,segla transaski legal amaupun ilegal ada disana. tpiga semua bisa dijual beli :P

  2. boleh apa aja, terserah yg baca, kepanjangannya apa. hehehe..

    bisa.. sadar atau gak, semua bisa diperjual-belikan.. :P

  3. pasar pilpres? keren juga tuh namanya. he he he...

  4. jualan apa nih?

    pesen bunga kol satu, buncis satu iket...

    sama wortel dah... mau bikin sop..
    hehe

  5. Lupa, lupa lupa lupa, lupa lagi Janjinya
    Lupa, lupa lupa lupa, lupa lagi Janjinya
    Ingat, ingat ingat ingat, cuman ingat Kroninya
    Ingat, dia ingat ingat, cuman ingat Kroninya

  6. hmm..menarik sekali analoginya..pasar NKRI!...neolib membuka semua kegiatan interaksi menjadi tukar menukar..keuntungan dan kepentingan :)

  7. pola pikir yg unique. ^^

  8. @ sang cerpenis : iya mbak, kyk org jualan aja tu.. :)

    @ penikmat buku : iyakah..? *minum air putih dulu.. hehehe

    @ kavke_santi : waduh, lg kosong ni barangnya :P

    @ jamal el mahdi : kuburan...!!! hahaha

    @ ladangkata : setuju, mari kita meramaikan pasar.. *halah :D

    @ mira : makasih.. :)

  9. hehehe.. katanya dah Bawaan OROK tuh
    Salam Sayang

  10. pasar sudah hilang kumandangnya...
    ambil di rak...
    bayar di kasir...

Leave a Reply

Related Posts with Thumbnails