Kebersamaan Tanpa Batas

Gerimis membasahi Bantul malam itu. Di halaman sebuah TK sekaligus rumah seorang 'budayawan' yang katanya 'mbeling' digelar sebuah acara maiyah.
Dengan panggung sederhana, nyaris tanpa ada ruang kosong dengan pengunjung dan terpal untuk duduk lesehan, benar2 'membumi'.

Aku yang datang malam itu bersama dengan seorang teman, naik motor. Menyempatkan diri untuk mengisi perut yang memang jatahnya. Jam 9 malam kami sampai ke lokasi.
Tempat yang sama, suasana yang sama, hangat. Bertemu orang2 dari berbagai daerah, kelas sosial, tua muda dan latar belakang yang berbeda.

Sampai di tempat, aku dan temanku mencari tempat duduk lesehan.
Setelah dibuka oleh MC dan kelompok ibu2 pengajian bershalawat, budayawan mbeling itupun naik panggung bersama kelompok musik yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi.

Dia menyapa dengan hangat, diiringi sentilan dan candaannya tentang negeri ini dan doanya kepada sang pencipta.
Setelah itu dia berpuisi, dengan sangat menjiwai, yang judulnya saja aku tidak tahu. Malam itu dia sukses mengawali acara itu dengan tundukan kepala pengunjung *sial, bahkan mataku berair.*

"Saat ini kita berada di puncak ketidaktahuan kita sebagai manusia. Kita tidak mengerti siapa yang kita perjuangkan, kita tidak tahu siapa pemimpin kita. Kita bahkan tidak tahu apa itu artinya sebuah bangsa."

Begitulah kalimat yang kutangkap dari semua gojekan dan sentilannya pada malam itu.
Sudah beberapa bulan ini hal itu sering dia ungkapkan.

Untuk apa kita sekolah, kalau ternyata kita hidup bukan atas keinginan kita. Seperti bidak catur yang bisa dipindah-pindah, kita dikecewakan keadaan. Semuanya jelas, ini negara yang main2, ini demokrasi yang main2 dan saya bersyukur atas keputusan yang main2 ini karena setelah ini akan terbuka semua yang ditutup2i.

Sebuah rasa 'greget' melihat negeri ini, hingga akhirnya dia mengatakan "malam ini kita tidak usah membahas negeri ini, kita bershalawat saja untuk mendekatkan diri pada yang maha adil karena kita hidup bukan untuk main2."

Malam itu terasa sekali aura mendung, tiga tamu yang datangpun semuanya berpuisi.
Hujan sempat turun beberapa saat di tengah malam itu, tapi tidak ada yang beranjak dari tempat itu, kebanyakan hanya melindungi diri dengan tas atau merapatkan jaket.

Acara selesai hampir pukul 3 pagi, diakhiri doa dan pengetahuan yang bertambah.
Mungkin benar, ini memang sebuah acara yang multidimensi.
Bayangkan hampir tujuh jam duduk, tanpa pamrih, tidak membawa kepentingan apapun bahkan tahan tidak ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil.
Aku tidak menemukannya di acara seminar atau forum lain.

Ini bukan acara resmi, aku tidak merasa terikat untuk wajib datang ke acara ini. Bahkan acara ini tidak wajib untuk diadakan, tapi semua orang yang pernah datang ke acara ini akan selalu datang.

Di acara ini aku bisa melihat Gus Dur berbalas ejekan dengan bahasa kebun binatang, atau tawa keras Amin Rais yang begitu kalem. Pengamen nyanyi, monolog seorang Jemek Supardi, Alm.Rendra bercerita masa mudanya sampai bule2 yang begitu asyik bergoyang dangdut. Semua orang bebas menjadi dirinya sendiri.

Ada satu quote yang benar2 selalu dia ulang setiap acara itu

aku tidak mau jadi panutan kalian sebab itu akan membuat kalian fanatik kepadaku. Aku tidak mau berada diantara kalian dan Allah, terlalu berat buatku.


Ah, harusnya ini ditanamkan juga oleh pemimpin kita, tokoh2 masyarakat kita maupun ulama2 kita.

Tidak banyak orang sepertimu, yang dengan ikhlas menyapa ke semua lapisan, sebuah pekerjaan yang jika dihitung secara duniawi, jelas rugi.
Kau orang yang unik, punya kharisma tapi kau begitu dekat, dan kau tidak pelit untuk membagi ilmumu.
Dua tahun, dan aku tidak pernah bosan datang ke acara itu.

Mocopat Syafaat
Kasihan, Bantul, DIY
22 Oktober 2009

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
38 Responses
  1. hmmm...bener-bener speechless, gak jelas mau komen apa...like this

  2. aromanya penuh kepasrahan dan kontempalsi.
    sayang sekali aku tak berada diantara ribuan orang yang menyaksikannya...

  3. Ingin rasanya berbaur dengan para tamu yang hadir untuk menikmati acara seperti ini.

  4. Ingin rasanya berbaur dengan para tamu yang hadir untuk menikmati acara seperti ini.

  5. Boh... mantab Lae...
    Quotenya juga... hebatss

  6. benar-benar tanpa batas, ikhlas dan pasrah tanpa beban, pastinya menyenangkan:)

  7. Andai aku ada diruang itu ,ntah apa yg aku rasakan ...pasti menyenangkan..tapi sayang aku jauh disini ,tapi aku cukup sudah menikmati disini dalam tulisanmu ..
    Makasih ya udah berbagi..

  8. gravatar mel

    mengesankan catatan mu hari ini sobat,,,,,,,

  9. andai ada disitu,,,,,ku kan memeluk nya dan bersujud berterimaksih padanya

  10. Kata2'x bagus banget ya sob...
    Mengajarkan kita banyak hal...
    Gue seneng banget ama kalimat, "Untuk apa kita sekolah, kalau ternyata kita hidup bukan atas keinginan kita. Seperti bidak catur yang bisa dipindah-pindah, kita dikecewakan keadaan. Semuanya jelas, ini negara yang main2, ini demokrasi yang main2 dan saya bersyukur atas keputusan yang main2 ini karena setelah ini akan terbuka semua yang ditutup2i."

  11. jamaah-maiyah itu kumpulan penyair ya?

  12. "aku tidak mau jadi panutan kalian sebab itu akan membuat kalian fanatik kepadaku. Aku tidak mau berada diantara kalian dan Allah, terlalu berat buatku."

    bener juga yak, ajaran bagi kita ut ga memuja orang seperti memuja Tuhan. tapi kalau artis, apakah bsa disamakan dengan itu ga ya...

  13. jadi teringat...
    kenduri cinta...
    cak nun...

  14. sudah semakin langka ruang publik yang menyediakan kesempatan bagi siapapun untuk bisa hadir menjadi dirinya sendiri...

  15. >> all : maiyah bukan kumpulan penyair, bukan ruang doa untuk penyelesaian masalah. Maiyah kumpulan orang2 yang tanpa kepentingan apapun untuk berusaha memaknai hidupnya dengan lebih baik, bekerja menghidupi keluarganya dan bermasyarakat sewajar2nya orang. Mencoba mengetuk kesadaran diri manusia sebagai khalifah yang menggunakan akalnya. Semua segmen kehidupan dibahas. Permasalahan dari harga beras sampai perang irak, dari adam-hawa sampai kerajaan majapahit. Tanpa tendensi untuk memojokkan siapapun, golongan apapun, agama apapun. Mencoba menggali ilmu dari sumbernya langsung, semata-mata hanya untuk mengerti hakekat cinta dan persaudaraan sesama manusia.

  16. wah, keren sekali kalimatnya itu. tidak mau jadi panutan. hmm...

  17. acara paan tuh lili? kayaknya ajak para dewan rakyat dan para penjahat eh pejabat ke acara itu deh, biar kesentuh jg hati nurani mereka (kalo masih ada yg nyisa)

  18. kata-katanya penuh makna yg dalaam..
    tuh kayaknya gak sembarangan orang yaa..
    semacam guru spiritual yg tawadlu
    kata-katanya mengalir lembut dan ngena di hati..
    jadi pengen ikutan haddiir

  19. Yah kenyataannya emang seperti itu mas
    apa mau dikata..

  20. >> fanny : begitulah katanya.. :)

    >> KucingTengil : Acara apa ya.., saya juga bingung kalo mau dikategorikan acara apa. Pengajian ya ada, nyanyi ada, berpuisi, curhat, kadang juga makan2 bareng. Semua ada kok, dari ustad, ketua parpol, orang gila pernah hadir.

    >> elmoudy : Terserah sih mau mengkategorikan dia jadi apa... kalo saya sih manggilnya Cak aja, tanpa embel2.. Di Jakarta ada di TIM setiap jum'at minggu kedua. Kenduri Cinta namanya

    >> Itik Bali : Apanya Yu, kenyataan negara kita maksudnya.. hmm.. :D

    >> Isti : Dalam banget.. :)

  21. Never been in that kind of occassion.
    Oh i juz wish i have the opportunity :)

  22. Kalau bicara Bantul, itu Jogja dekat dengan rumah saya.
    Kalau berbicara Cak Nun, itu adalah sosok manusia unik multidimensi yang sulit dijabarkan seperti apa beliau ini. Karena semua predikat sudah disandang beliau. Sebagai budayawan, seniman, agamawan, sastrawan, kaum intelektual dan entah apalagi.

    Tapi sebagai manusia, beliau adalah orang yang pantas dikagumi karena sosoknya yang rendah hati dan sangat merakyat. Thanks Sobat sudah berbagi pengalamnnya.

  23. ohh hoo.... gw pastinya tahu..
    sapa yg gak kenal Cak Nun.. yap..
    gw pernah berencana ke TIM. tuk hadir di kenduri Cinta
    suatu saat gw akan... menemui beliau

  24. nagh..akhirnya ketemu juga blognya*sempat kehilangan jejak pas ganti template*
    bdw, budayawannya terkesan pasrah ya mas??? :(

  25. >> Eka Situmorang-Sir : cobalah dan rasakan sendiri *iklan banget ya* hahaha

    >> Jokostt : ini hanya tulisan dari satu sudut. Tapi saya setuju untuk komennya.. makasih juga kang :)

    >> elmoudy : saya bahkan belum pernah ke kenduri cinta, moga dalam waktu dekat.. :D

    >> becce_lawo : lah saya disini aja kok.. :)
    pasrah sebagai manusia di hadapan tuhan, iya. Kalo pasrah untuk negeri ini, saya rasa belum, membuat maiyah salah satunya.. :)

  26. mantep..
    quote nya keren..
    acara apa sih itu, jadi penasaran..

  27. sudah seharusnya qta meng-kultus-kan Sang Maha.
    Bukan Sang Tokoh.
    Met wiken =)

  28. kebersamaan memang indah ..
    jd teringat mapala .. :D ..

    salam knal yaa ...

  29. *flash back* duluuuu (jd inget), akhir 90-an, pernah saya diajak pacar ikut nonton kyai kanjeng & cak nun (perasaan dulu msh di sewon-bantul deh) waktu itu mereka berkolaborasi dgn Trie Utami...

    tp, acara baru 1/4 jalan saya harus pulang, maklum...msh kost. jd blm sempat menikmati 'sensasi' yg kau rasakan, Lil...

  30. Fan, jadi penasaran pengen kesana. Dikau di Jogja berapa lama lagi? duh, mau juga kesana dan nonton

  31. saya baru sekali ke sana, masbrur. dan kebetulan sekali waktu itu hujan lebat.

    sayangnya waktu itu Cak Nun lagi pergi. jadi beliau ngga ngisi acara.

    baca quote di atas, saya jadi merinding....

  32. Lolly : lah, di postingan itu ada... :P

    Menoq : setuju :D

    Rizal : wee.. anak mapala.. salam kenal juga :)

    Tisti Rabbani : ihii.. nostalgia ni ye.. haha, iya sih mbak, biasanya jam 1-3 baru kerasa sensasinya.. kata pepatah sih, makin malam makin sip.. :))

    Anazkia : ya kesini aja.. :D

    morishige : wah sayang sekali masbrur... saya dulu pertama kesana cuma gara2 bingung mau nongkrong dimana.. eh sekarang, jadi pengen kesana terus :)

  33. bang liliiiiii...

    bodohnya akuuuu...
    otakku udah kupaksa mikir, tp ndak ngerti mau ngomen apaan.. :D :D

    pokoke aku suka quotenya..

    *ampuni otakku yg lelet dan ndak kreatip ini ya bang :D?

  34. >> Lisha Boneth : gak usah komen... dibaca aja saya udah senang.. hehehe
    makasih ya.. :)

  35. speechless banget gw...like this

Leave a Reply

Related Posts with Thumbnails