Kiai Kanjeng, Sebuah Nilai

Aku masih ingin bercerita tentang acara itu.
Selain budayawan mbeling dan suasana kebersamaan itu, ada satu hal lagi yang selalu membuatku tidak rela melepaskan acara itu.
Sekelompok orang yang selalu bersama budayawan mbeling itu kemanapun dia diundang atau melakukan suatu kegiatan.

Sekumpulan orang yang bisa dibilang tidak muda, walaupun sekarang sudah ada regenerasi, tapi mereka adalah bapak2 kebanyakan yang bersama budayawan mbeling itu menunjukkan indahnya musik tanpa embel2 'genre', Kiai Kanjeng.

Tidak banyak yang tahu Kiai Kanjeng. Kemunculan mereka tidak terlalu menarik untuk dibahas industri 'mainstream'.
Mereka kalah segalanya kalau dalam hitung2an industri musik.
Lagu mereka tidak mengikuti arus, lirikpun tidak populer. Apalagi sudah menyangkut fisik, tampang mereka tidak menjual.

Tapi tidak banyak yang tahu juga, sebelum lagu2 religius bertebaran di pasaran dan menjadi sebuah komoditi dagang industri musik, Kiai Kanjeng sudah melintasi pulau, negara, komunitas, suku bahkan agama untuk mengajak semua orang bergembira, menumbuhkan rasa persatuan dan persaudaraan, melalui musik.

Berawal dari Teater Dinasti di tahun 70an, timbul tenggelam sampai di awal 90an, budayawan mbeling itu bersama Teater Salahuddin membuat sebuah pertunjukan bernama Pak Kanjeng untuk mengkritik penguasa pada masa itu.
Hingga akhirnya lahir Kiai Kanjeng, yang kalau diteruskan akan melahirkan Letto.

Kiai Kanjeng bergerak dengan hatinya, sebuah konsep tentang memanusiakan manusia.
Berjalan di jalan sunyi bersama budayawan mbeling itu tanpa perlu publikasi dan 'ketenaran'.
Kiai Kanjeng merangkul semuanya, tanpa pilih2.

Kiai Kanjeng tidak perlu sebuah panggung megah untuk tampil, atau lampu2 blitz dan tiket seharga setengah juta.
Mereka ada di kelurahan, di acara2 kesenian sampai di altar2 gedung pencakar langit.

Ukuran sukses mereka ada di kegembiraan orang2 kecil menikmati hidup, berbagi bersama korban lumpur Sidoarjo, di museum seni klasik Napoli, di tengah2 perjanjian damai 3 agama di Belanda.

Musik mereka pada dasarnya tradisional, gamelan, rebana, demung tapi mereka juga sangat bagus memainkan gitar, biola, piano, dan perkusi.
Musik mereka memakai bahasa apa saja, Indonesia, Arab, Inggris, China bahkan Ibrani.
Kiai Kanjeng selalu membanggakan Indonesia ketika mereka sedang melawat ke luar negeri tanpa pernah meminta pamrih pada Indonesia atas 'pelayanan' mereka.

Kiai Kanjeng terlalu besar untuk masuk dalam buku musik Indonesia, karena mereka tidak mau diperbudak musik.
Kiai Kanjeng tidak mau musik menjadi awal sebuah jurang antara manusia dengan manusia lain.

Level musik Kiai Kanjeng tidak pop,rock,blues,karawitan,jazz,qasidah atau apapun sebutan untuk musik itu sendiri.
Kiai Kanjeng membuat semua batasan itu menjadi tidak ada. Musik adalah bahasa, media untuk mengakrabkan semua.
Karena memang begitulah seharusnya..

Kami kumpulan manusia-manusia yang lemah, yang takut kehilangan intimitas kemanusiaan, dan rasa takut itu kami bayar dengan keberanian untuk kehilangan yang lain yakni sukses dan kemasyhuran, jabatan dan kekuasaan, karier dan kehebatan. Atau dari sudut lain, kami adalah sekumpulan manusia-manusia yang tak mampu mencapai sukses dan kemasyhuran, jabatan dan kekuasaan, karier dan kehebatan maka kami berusaha jangan sampai kehilangan “yang paling sederhana dari kehidupan” yakni persaudaraan, keluarga dan intimitas kemanusiaan dalam hidup yang amat singkat ini. -Kiai Kanjeng-


"Heh, adikku juga ternyata sering ke acara itu". Seorang teman berbicara padaku melalui telepon, mengatakan kalau adiknya juga rela bolak balik Semarang-Yogyakarta demi acara itu.
"Masak, kok gak pernah ketemu ya.."
"Meneketehe, waktu kutanya, katanya dia pengen liat Kiai Kanjeng. Musiknya magis.."
"Hah, magis..?"
"Iya, katanya... 'mbak, Kiai Kanjeng itu punya magis deh. Dream Theater mah... lewat...'. Dodol bener tu anak, mang bener ya..?"
"Hahahaha, iya kali..."

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response.
34 Responses
  1. saya suka musik gamelan kyai kanjeng sejak merilis lagunya "tombo ati" bener2 bisa menjadi penawar hati hanya dengan mendengarkan musiknya. Apalagi jiak dibarengi dengan melakukan nasehat di lirik lagunya..."ultimate music religi, thats all"

  2. weiss ternyata daku pertamaXXX, kapling dulu akhhh tempatnya!! *hihiii*

  3. saya blm pernah nonton secara live,

    tp salut buat kyai kanjeng, idealis musiknya yang religius sekaligus trdisional bisa memperkaya genre musik yg ada di indonesia.

  4. ikut ngapling, yang ke-3 dan 4...

    :D

  5. jadi LETTO bersumber dari situ y...gak heran klu musik LETTO benar-benar indah, sejuk, mengalun...liriknya penuh makna.

  6. musiknya Kiai Kanjeng lebih sering terdengar seperti musik tradisional:)
    magis? manggis kali hehehe

  7. salam buat kiai kanjeng deh

  8. Henny terakhir nonton pementasan gamelan sekitar 8 tahun lalu. udah lama banget, tapi henny masih terpesona dengan alunannya, rasanya musik seperti itu lebih enak didengar daripada musik rock yang menghentak. serius!!

  9. mereka punya prinsip
    bukan sekedar komersialisasi musik

  10. Kiai kanjeng... bingung komentarnya :D

  11. ehm,, jika dihatayatii
    emank sungguh keren kok kiai kanjeng nih
    mantappp
    jaga indonesia
    hehehehe

  12. Xixixix...saya malh gak tahu N kenal ama tu kiai kanjeng...
    lagian gimana mw kenal, wong saya di jayapura, bukan di jogja, hehehe.... :D
    tapi kudu hati2 lo, masa Dream Theater bisa kalah..?? hahahha...

  13. >> trimatra : ultimate music religi, boleh juga tu namanya.. hehehe

    >> Tisti Rabbani : susah mang kalo mau nonton live, gak ada di tv, harus ke acara maulid ato kelurahan.. hahaha

    >> becce_lawo : Kiai Kanjeng yang menginspirasi terjadinya Letto *begitu yang saya dengar dari sumbernya* :D

    >> namaku wendy : yup, memang tradisional... bahkan lagunya John Lennon yang Imagine ato wild worldnya Mr.Big bisa jadi tradisional di tangan mereka. magis kan urusan selera mbak, dan musik wilayah relatif.. :D

    >> Sang Cerpenis bercerita : lho kok ke saya mbak.. :)

    >> Henny Y.Caprestya : kalo soal selera musik, tergantung ke telinga masing2 yang dengar sih Hen, saya suka gamelannya Kiai Kanjeng, saya juga suka Aerosmith, Mr.Big dan U2 yang rock.
    Tapi di bagian kamu menyukai gamelan, itu sebuah hal yang menyenangkan.. :)

    >> attayaya : itulah kenapa saya tulis ini.. :)

    >> Anazkia : saya bingung balas komennya.. :P

    >> yanuar catur rastafara : yup, saya butuh waktu setahun untuk mendengarkan musik mereka, pertama dengar, ngantuk.. tapi setelah2nya, mantab..

    >> Zippy : hahaha, sulit memang karena mereka jarang diekspos. Berarti saya berjasa donk ngenalin kamu sama Kiai Kanjeng.. huahaha *nyiapin no.rek buat upah* :P
    ah, itu kan adik teman saya yang bilang dan buat saya itu sah2 saja... lah musik kok mau diseragamkan... :))

  14. Emha itu salah satu seniman yang multi talen dan berhasil. Lha Letto juga lagu2nya keren enak di kuping syairnya

  15. gravatar JT

    walo blm denger nii, kalo ada kesempatan asyik juga tu nonton apalagi live bareng sang kyai kanjeng. kagak apa2 jd yg mukul nalengnong2nya :D

  16. baru taw saya ada yang namanya Kiai Kanjeng, thanks yah inponya

  17. Posting Trilogi! Hem, Cak Nun lagi. Thanks, Sob sudah sharing kembali dalam posting ini. Cak Nun memang sosok yang sangat menarik untuk diceritakan. Saya pun suka dengan kiprah beliau yang bisa mencerahkan siapa saja, termasuk saya.

    Ngomong-ngomong, tentang berbagi bersama korban lumpur Sidoarjo yang sempat anda petik dalam posting ini, ada persamaannya kembali. Rumah yang ditenggelam oleh lumpur Lapindo, salah satunya adalah rumah saya. Saya juga pernah mendengarkan dan melihat alunan musik Kyai Kanjeng secara live di Pendopo Sidoarjo 2 tahun yll. Benar, musik yang tidak hanya sekedar musik.

  18. >> lovepassword : setuju..

    >> JT dan rachmat : Berarti saya berjasa menegenalkannya.. ayo bayar.. huahahaha

    >> Jokostt : lho kok posting trilogi..? hahaha, saya cuma merasa gak lengkap aja nulis acara itu tanpa Kiai Kanjeng.., kalo membahas CK, wah bisa jadi buku itu.. :D
    pengen digabung ke tulisan kemaren tapi kayaknya kepanjangan, jadinya bikin postingan sendiri :)

    turut bersimpati buatmu mas, moga diberi jalan yang terbaik buat saudara2 disana :)

  19. mbeling itu artinya apa li??? mia bukan orang Jawa sih, jadi ga gitu ngerti hehehehe... tapi bener yg kamu bilang, budayawan tradisional buat manggung ga perlu kerlap kerlip pentas nan gemerlap dan mengeluarkan uang jutaan buat bikin tu pentas, cukup di tempat sederhana tapi bisa bikin hati senang.

    Salah satu nilai norma yg mulai dilupakan orang Indonesia. Tentang sebauh kesederhanaan tetapi toh bisa menciptakan suasana bahagia

    Btw, keren banget Kiai Kanjengnya, bisa berbagai macam bahasa. keren keren keren....

  20. heheheh... *nice post..


    jangan" emang bener tuh magisnya..


    *memanusiakan manusia... like that

  21. sya jg blm prnha nton scra live ...
    kunjungan balik ..

  22. gw belom pernah nonton langsung...cuma di tipi doang

  23. >> KucingTengil : artinya apa ya.. saya juga bukan orang Jawa sih. Tapi setau saya, mbeling itu artinya nakal. Coba ntar tanya yang lebih paham... mungkin ada arti terusannya yang lebih spesifik.. :D
    thank buat komenmu.. bahagia bisa didapat dari hal2 yang 'remeh' :)

    >> Bandit Pangaratto™ : ahaha, lae bukan penggemar Dream Theater kan..? :)
    makasih kalo suka :)

    >> Rizal n Azhar : dimana2, pertunjukan langsung biasanya lebih kerasa.. :D

  24. wah saya dah lama gak nonton kyai kanjeng nih

  25. setelah Rendra berpulang...
    mungkin yang pantas menyandang sebutan si burung merak adalah cak nun...

  26. jadi inget dulu kalau nongkrong di TIM...
    hihihihihi...

  27. >> deltapapa : nontonlah kang..

    >> itempoeti : lho kok jadi burung merak..? hahaha, janganlah kalo pendapat saya, biarkan saja seperti itu :D

    >> Love4Live : saya malah pengen ke TIM, moga dalam waktu dekat.. :)

  28. kehebatan dan kemasyuran itu kan dinilai oleh orang lain,bukan diri sendiri.jadi bagi dirinya sendiri ga hebat dan masyur, bagimu beliau tetep hebat kan :P

  29. >> mocca_chi : hahaha :P

    >> attayaya : silakan bang.. *nyiapin recehan* hahaha

    >> Oreo : apanya yang mana lagi, sory nih ada pencatutan obrolanmu di kalimat terakhir.. :D *halah pencatutan* huahahaha

  30. Baru denger kiai Kanjeng itu malah dr sini...
    ntar tak tanya temenku yg di jogja sek yo :)

  31. karena vocalis letto anaknya cak nun,,genre bermusiknya di pengaruhi KIAI KANJENG

Leave a Reply

Related Posts with Thumbnails